BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin berkembang pesat dan
canggih seiring dengan perkembangan arus globalisasi yang semakin hebat.
Fenomena tersebut memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan
diantaranya adalah dibidang pendidikan.
Pendidikan
merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
pendidikan bangsa itu sendiri. Selain itu pendidikan merupakan wadah kegiatan
yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu
tinggi.
Pendidikan
di Indonesia selalu mengalami penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan
suatu produk atau hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai usaha telah
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang
ada, sehingga mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang handal yang mampu
menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Perbaikan dan penyempurnaan ini
meliputi perbaikan dalam sistem pendidikan ataupun hal yang langsung dikaitkan
dengan praktek pembelajaran.
Pembelajaran
merupakan jantung dari pendidikan dalam suatu instansi pendidikan yang bersifat
kompleks dan dinamis, sehingga tenaga-tenaga pendidikan terutama guru perlu
menerapkan strategi pembelajaran yang efektif yang diharapkan mampu menciptakan
suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan bermakna. Sehingga peserta
didik merasa termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan di kelas. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka
dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif.
Selama
ini proses pembelajaran yang ditemui masih secara konvensional, seperti
ekspositori, drill atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada
pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada
mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini
tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang
diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan,
terutama pada mata pelajaran matematika. Pada mata pelajaaran matematika
sebagian besar siswa masih mendapat nilai yang kurang memuaskan.
Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat SD (Sekolah
Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas)
hingga PT (Perguruan Tinggi). Matematika merupakan salah satu bidang
studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat
dari jam pelajaran di sekolah, mata pelajaran matematika mempunyai jam yang
lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
Sebagian
besar siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar mereka pada mata pelajaran matematika
masih kurang memuaskan. Masalah lain yang sering timbul adalah pada proses
pembelajaran siswa hanya pasif mendengarkan guru menjelaskan materi. Siswa
hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Mereka masih
enggan bertanya, mengemukakan pendapatnya, dan enggan mengerjakan soal di depan
kelas kalau tidak ditunjuk oleh gurunya.
Berbagai
permasalahan tersebut muncul karena kurangnya keaktifan dari diri siswa sendiri
atau mungkin siswa jenuh dengan strategi yang dipakai oleh guru selama ini.
Penggunaan model yang monoton dapat mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar
matematika. Seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran
yang bervariasi, yang bisa mengubah cara belajar siswa dari pasif menjadi aktif
sehingga akan membuat siswa tertarik dan paham dengan apa yang diajarkan oleh
guru.
Rendahnya
keaktifan siswa dapat dilihat dari masih kurangnya keberanian siswa mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru, mengemukakan pendapatnya dan
mengerjakan soal latihan di depan kelas. Rendahnya keaktifan siswa terjadi
karena rendahnya motivasi siswa dalam belajar, penyebab utama rendahnya
motivasi siswa karena kurangnya variasi strategi pembelajaran yang tepat.
Selama
ini yang terjadi pembelajaran hanya berpusat pada guru, dan siswa tidak
dilibatkan secara aktif sehingga siswa masih kurang dalam kemampuan kerjasama
dan kurang percaya diri atas kemampuan diri sendiri. Untuk
mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu
diterapkan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu metode pembelajaran
yang dapat diterapkan adalah metode pembelajaran Problem Solving.
Menurut
Karen (2004: 1), model Problem Solving adalah suatu
model pembelajaran yang berpusat pada
ketrampilan pemecahan masalah, yang
diikuti dengan penguatan kreatifitas. Ketika
dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat
melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan
cara menghafal tanpa dipikir, ketrampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Metode
Problem Solving merupakan salah satu metode
alternatif yang dapat digunakan
sehingga keaktifan siswa akan
menjadi lebih baik. Penerapan metode Problem
Solving dalam pembelajaran matematika melibatkan
siswa untuk dapat bersikap aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Rumusan Masalah
- Bagaimanakah
penerapan strategi problem solving dalam memecahkan masalah ?
- Bagaimanakah
penerapan strategi problem solving dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kepribadian ?
3.
Tujuan Review Artikel
- Tujuan
umum
- Untuk
memenuhi tugas membuat makalah pada mata kuliah Pengembangan kepribadian.
- Agar
makalah ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan bagi mereka yang
membutuhkan.
- Dengan
selesainya makalah ini, bagi penulis sendiri memberikan ilmu tersendiri.
- Memahami
konsep strategi problem solving dalam memecahkan masalah kepribadian.
- Mampu
memahami langkah-langkah pembelajaran problem solving.
2.
Tujuan khusus
- Untuk
mengetahui penerapan strategi problem solving dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan masalah kepribadian dan emosional diri.
- Untuk
dapat mengetahui penggunaan strategi problem solving pada mahasiswa.
4.
Manfaat Review Artikel
- Manfaat
teoritis
Hasil
review ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkat
teoritis kepada pembaca dalam meningkatkan pemahaman materi siswa terhadap mata
pelajaran matematika khususnya pokok bahasan geometri, aritmatika, dan aljabar
melalui metode Problem Solving. Serta dapat menambah khazanah keilmuan yang
berkaitan dengan metode pembelajaran Problem Solving.
2.
Manfaat praktis
Hasil
review ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk guru, siswa dan sekolah.
- Bagi siswa
dapat memberikan kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dalam menguasai
materi dalam kegiatan pembelajaran.
- Bagi dosen
supaya bisa lebih memahami sebesar mana kemampuan siswanya menangkap
pemahaman.
- Bagi
sekolah hasil review ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran
kepribadian.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Definisi Problem Solving
Pemecahan
masalah ( problem solving ) didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan
perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan
hasil hasil yang diinginkan ( Hunsaker,2005 ).
Mu’Qodin
( 2002 ) mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan
yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan,
kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang
dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan
yang tepat.
Berdasarkan
dari beberapa definisi problem solving yang dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi
masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil
suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
Menurut
John Dewey, sebagaimana dikutip oleh Saiful Bahri Djamarah, belajar memecahkan
masalah itu berlangsung sebagai berikut: “Individu menyadari masalah bila ia
dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga menemukan adanya
semacam kesulitan.” (Djamarah, Saiful Bahri. 1996 : 103).
Metode
problem solving adalah salah satu metode mengajar yang digunakan oleh guru
dalam kegiatan proses pembelajaran. Metode problem solving ini merupakan metode
mengajar untuk menstimulasi peserta didik dalam berpikir yang dimulai dan
mencari data sampai merumuskan kesimpulan, sehingga dengan metode problem
solving ini peserta didik dapat memberi makna apa yang diperoleh dalam kegiatan
pembelajaran.
B.
Bentuk-bentuk Problem Solving
Ada
beberapa bentuk dalam problem solving menurut Chang, D’Zurilla dan Sanna
(2004), yaitu:
1.
Rational Problem Solving
Sebuah
bentuk problem solving yang konstruktif yang didefinisikan seperti rasional,
berunding dan aplikasi yang sistematik dalam kemampuan menyelesaikan masalah.
Model ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
a.
Identifikasi Masalah
Problem
solver memncoba mengelompokkan dan mengerti masalah yang dihadapi dengan
mengumpulkan banyak spesifikasi dan fakta konkrit tentang kemungkinan masalah,
mengidentifikasi permintaan, rintangan dan tujuan yang realistik dalam
menyelesaikan masalah.
b.
Mencari Solusi Alternatif
Fokus
pada tujuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mencoba untuk
mengidentifikasi banyak solusi yang memungkinkan termasuk yang konvensional.
c.
Mengambil Keputusan
Problem
solvers mengantisipasi terhadap keputusannya dalam solusi yang berbeda,
mempertimbangkan, membandingkan dan kemudian memilih yang terbaik atau solusi
yang efektif yang paling berpotensial.
d.
Mengimplementasi Solusi dan Pembuktian
Seseorang
harus berhati-hati dalam menerima dan mengevaluasi solusi yang menjadi pilihan
setelah mencoba untuk melaksanakan solusi tersebut kedalam situasi masalah
dalam kehidupan nyata.
2.
Mengabaikan Kata Hati
Ini
adalah salah satu pola karakteristik penyelesaian masalah yang difungsional
dalam usaha aktif yang digunakan dalam strategi menyelesaikan masalah dan
tekhniknya, tetapi usaha ini menyempit, implosif, berhati-hati, sangat cepat,
dan tidak lengkap.
3.
Bentuk Menghindari Masalah
Bentuk
ini adalah salah satu karakteristik penyelesaian masalah yang disfungsional
berupa penundaan, pasif atau tidak melakukan apapun dan ketergantungan.
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problem Solving
Menurut
Rahmat (2001) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses dalam problem solving
yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.
1.
Motivasi
Motivasi
yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi akan
membatasi fleksibilitas.
2.
Kepercayaan dan Sikap yang Salah
Asumsi
yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat
diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika
memecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat
efektifitas pemecahan masalah.
3.
Kebiasaan
Kecenderungan
untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu
sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat
otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan pemikiran
yang kaku ( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel ( flexible
mental set ).
4.
Emosi
Dalam
menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional. Emosi
ini mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat
mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang
begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi silit untuk
berpikir efisien.
D.
Kelebihan dan kekurangan problem solving
- Kelebihan
metode problem solving
- dapat
membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari
- dapat
melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan
memecahkan masalah secara terampil
- dapat
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif
- peserta
didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
- Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Berpikir
dan bertindak kreatif.
- Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis
- Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
- Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja.
2.
Kekurangan metode problem solving
- memerlukan
cukup banyak waktu
- melibatkan
lebih banyak orang
- dapat
mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru
- dapat
diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah
- Beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
- Memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran
yang lain.
- Kesulitan
yang mungkin dihadapi
Beberapa
kesulitan yang berarti mungkin ditemukan ketika mengasimilasikan problem
solving matematika ke dalam praktek pengajaran di kelas.
- Kurangnya
pengetahuan dan keahlian guru dalam menerapkan problem solving (teachers
lack of the problem solving and modelling skills).
- Isi dari
kurikulum sangat padat dan tidak ada celah untuk problem solving (the
curriculum content is very full and there is no room for problem solving).
- Sistem
pengujian (assessment system) masih disentralkan dan ini tidak relevan
dengan gagasan problem solving dikarenakan jenis tesnya cenderung dan
dominan berbentuk pilihan ganda (multiple choice form). Jenis tes ini
tidak memberikan kesempatan pada anak untuk berfikir sebagaimana yang
mereka lakukan pada proses problem solving.
- Besarnya
jumlah siswa (the large number of students) dalam setiap kelas juga
merupakan salah satu hambatan yang cukup berarti. Karena ini bisa
menyebabkan sulitnya bagi guru untuk berinteraksi dengan muridnya ketika
problem solving matematika diimplementasikan.
- Perlu
waktu yang lebih (need more time) baik dalam pencarian atau pendesainan
problem (sebab setiap problem perlu disusun dengan hati-hati untuk
mencapai hasil belajar siswa) maupun berlangsungnya aktivitas problem
solving (problem solving progress) di kelas.
Dari
penjelasan tersebut di atas, memang tidak ada keraguan bahwa ada sejumlah
kesulitan dalam asimilasi problem solving ke dalam pengajaran matematika, tapi
keuntungan yang ada jauh melebihi dari pada hambatan yang ditemukan.
- Aspek-aspek
yang perlu diperhatikan
Dalam
upaya untuk mengembangakan strategi pengajaran problem solving, ada beberapa
aspek yang perlu difikirkan. Sebagaimana Pengelly (1989, h. 2) menyatakan bahwa
ketika mengembangkan problem solving skills, terutama dalam hal mendesain
permasalahan, guru perlu memperhatikan latar belakang kepribadian anak.
Disamping, strategi pembelajaran problem solving perlu melakukan penyeleksian
persoalan yang layak (appropiate) untuk muridnya. Permasalahan yang dipilih
harus menantang (challenging), terbuka untuk berbagai cara penyelesaian
(variety of method of solution), dan nampak sedikit matematikanya (low in
mathematical content) (Hodgson, 1989, h. 350).
Berkaitan
dengan hal ini, Thompson (1989, h. 275) menyarankan bahwa perlu menyeimbangkan
tingkat kesulitan. Jika problem terlalu sulit dan murid murid tidak mampu
memecahkan maka mereka mungkin akan menjadi putus asa (disillusioned) dan
motivasinya menjadi melemah (waiver). Jika permasalahan yang dihadapi oleh
murid terlalu mudah, menyebabkan mereka tidak tertantang dan sekali lagi mereka
akan kehilangan motivasi. Sebagai tambahan, Schoenfeld (dikutip di Taplin,
diakses: 5 Maret 2001) juga menyarankan bahwa permasalahan yang baik haruslah
sebuah persoalan yang dapat diperluas untuk dieksplorasi secara matematik
(mathematical explorations) dan digeneralisasikan.
2.
Langkah-langkah pemecahan masalah
Dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi, terutama dalam kepemimpinan sebuah
organisasi (kelas), ada beberapa langkah yang harus dilalui, yaitu:
- Menganalisa
Masalah
Pada
bagian ini, kita dituntut untuk bisa menganalisa atau melakukan diagnosa
terhadap sebuah masalah, kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa fokus
pada masalah yang sebenarnya. Seringkali orang dalam mela-kukan pemecahan
masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah tersebut.
Agar kita bisa memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisi-kan suatu masalah, diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian diharapkan, kita bisa mendefensi-kan masalahnya dengan tepat dan benar.
Agar kita bisa memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisi-kan suatu masalah, diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian diharapkan, kita bisa mendefensi-kan masalahnya dengan tepat dan benar.
Berikut
ini adalah beberapa karakteristik dari pendefenisian masalah yang baik :
- Fakta
dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif harus dipisah-kan dari
persepsi.
- Semua
pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber informasi.
- Masalah
harus dinyatakan secara tegas. Hal ini seringkali dapat meng-hindarkan
kita dari pembuatan defenisi yang tidak jelas.
- Defenisi
yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara
standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang
terjadi.
- Defenisi
yang dibuat harus menyatakan dengan jelas pihak-pihak yang terkait atau
berkepentingan dengan terjadinya masalah itu.
2.
Membuat Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah
kita berhasil mendiagnosa masalah tersebut dengan tepat dan benar, langkah
berikutnya yang harus dilakukan adalah membuat sejumlah alternatif pemecahan
masalah. Pada tahap ini, kita diharapkan dapat memi-lih hanya satu solusi,
sebelum alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan. Dengan memilih satu solusi
masalah yang ditawarkan akan menjadikan kualitas pemecahan masalah lebih
efektif dan efesien.
Ada
beberapa karakteristik pembuatan masalah yang harus diperha-tikan, yakni :
- Semua
alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan terle-bih dahulu
sebelum kemudian dilakukan evaluasi.
- Alternatif-alternatif
yang ada, diusulkan oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian
masalah. Semakin banyak orang yang mengusulkan alternatif, semakin bagus
pula untuk meningkatkan kualitas solusi dan penerimaan kelompok.
- Alternatif-alternatif
yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan atau kebijakan organisasi.
Kritik dapat menjadi penghambat, baik terhadap proses organisasi maupun
proses pembuatan alternatif pemecahan masalah.
- Alternatif-alternatif
yang diusulkan perlu mempertimbangkan konse-kuensi yang muncul dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
- Alternatif-alternatif
yang ada saling melengkapi satu dengan yang lain. Gagasan yang kurang
menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan
gagasan-gagasan lainnya.
- Alternatif
yang diusulkan harus dapat menyelesaikan masalah yang telah didefenisikan
dengan baik. Masalah lainnya yang muncul, mungkin juga penting. Namun
dapat diabaikan bila tidak secara langsung mempenga-ruhi pemecahan masalah
utama yang sedang terjadi.
3.
Mengevaluasi Alternatif-alternatif
Setelah
kita berhasil mengenali karakteristik pembuatan alternatif tersebut di atas,
kita perlu pula untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang
telah diambil. Pada tahap ini, kita dituntut untuk berhati-hati memberikan
penilaian keuntungan dan kerugian terhadap alternatif-alternatif yang diambil.
Agar kita tidak terjebak pada kesalahan dalam penentuan solusian atau pemecahan
masalah, maka pada tahap evaluasi ini kita harus memperhatikan :
- Tingkat
kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan
terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan sebelum-nya.
- Tingkat
penerimaan dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
- Tingkat
kemungkinan penerapannya.
Berikut
ini adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif pemecahan
masalah yang baik :
- Alternatif-alternatif
yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu standar yang optimal,
bukan sekadar standar yang memuaskan.
- Penilaian
terhadap alternatif-alternatif yang ada dilakukan secara siste-matis,
sehingga semua alternatif yang diusulkan akan dipertimbangkan.
- Alternatif-alternatif
yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi dan
mempertimbangan pandangan-pandangan dari orang lain yang terlibat di
dalamnya.
- Alternatif-alternatif
yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mung-kin ditimbulkannya, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
- Alternatif
yang paling dipilih dinyatakan secara tegas.
4.
Rencana Tindak Lanjut
Yang
harus dilakukan selanjutnya adalah penerapan solusi yang telah kita pilih pada
bagian pencarian alternatif pemecahan masalah. Pada bagian ini, seorang penentu
kebijakan harus peka pada keadaan yang mungkin timbul terhadap solusi yang
dijalankan, karena bagaimana pun, setiap solusi yang ditawarkan selalu ada
titik balik yang kemungkinan ada reaksi negatif.
Berikut ini adalah karakteristik dari penerapan dan rencana tindak lanjut yang efektif :
Berikut ini adalah karakteristik dari penerapan dan rencana tindak lanjut yang efektif :
- Penerapan
solusi dilakukan pada saat yang tepat dan dalam urutan yang benar.
Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang membatasi dan tidak akan
terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah
dilakukan.
- Penerapan
solusi dilakukan dengan menggunakan strategi “sedikit demi sedikit” dengan
tujuan meminimalkan terjadinya perlawanan dan me-ningkatkan dukungan.
- Proses
penerapan solusi meliputi juga proses pemberian umpan balik. Berhasil
tidaknya penerapan solusi, haris dikomunikasikan, sehingga terhadi proses
pertukaran informasi.
- Keterlibatan
dari orang-orang yang akan terkena dampak dari penera-pan solusi
dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen.
- Adanya
sistem monitoring yang dapat memantau penerapan solusi secara
berkesinambungan.
- Penilaian
terhadap keberhasilan penerapan solusi berdasarkan atas terselesaikannya
masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang diperoleh
dengan adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap
berhasil bila masalah yang menjadi pertimbangan yang utama tidak
terselesaikan dengan baik, walaupun mungkin muncul dampak positif lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar